Minggu, 04 Januari 2009

Mengapa ada banyak tradisi Buddhis?

Mengapa ada banyak tradisi Buddhis?
Sang Buddha memberikan beraneka ragam ajaran karena para mahluk (mahluk manapun dengan batin yang bukan Buddha, termasuk mahluk di alam kehidupan lain) memiliki watak, kecenderungan, dan ketertarikan yang berbeda. Sang Buddha tidak pernah mengharapkan kita semua cocok masuk ke dalam cetakan yang sama. Jadi,

Beliau memberikan ajaran-ajaran dan menggambarkan berbagai jalan untuk praktik sehingga masing-masing kita dapat menemukan jalan yang cocok bagi tingkatan batin dan kepribadian kita. Dengan kemahiran dan welas asih membimbing mahluk lain, Sang Buddha memutar roda Dharma tiga kali, tiap kali meletakkan sistem filosofis yang sedikit berbeda guna memberi kecocokan pada berbagai perbedaan watak semua mahluk. Inti dari semua ajaran itu pada dasarnya sama: keinginan untuk membebaskan diri dari roda samsara, welas asih bagi mahluk lain dan kebijaksanaan merealisasi ketanpaakuan.

Tidak semua orang menyukai makanan yang sama. Ketika hidangan besar disajikan, kita memilih makanan yang kita sukai. Tidak ada kewajiban menyukai semuanya. Meskipun kita menyukai rasa manis, bukanlah berarti makanan yang asin tidak bagus dan harus dibuang! Sama halnya, kita mungkin lebih menyukai pendekatan tertentu: Theravada, Tanah Suci, Zen, Vajrayana, dan lain-lain.

Kita bebas memilih pendekatan yang cocok dengan kita dan yang kita rasa paling nyaman. Namun demikian kita tetap memelihara batin yang terbuka dan hormat pada tradisi lain. Ketika batin kita semakin berkembang, kita mungkin dapat memahami unsur dari tradisi lain dimana kita kurang mengerti sebelumnya. Singkat kata, apapun yang berguna dan membantu kita hidup lebih baik, kita berpraktik, dan apapun yang belum kita pahami, kita pinggirkan tanpa menolaknya.

Pada saat kita mungkin menemukan satu tradisi yang cocok dengan kepribadian kita, janganlah mengemukakannya dengan cara konkrit: "Saya seorang Mahayana, kamu seorang Theravada" atau "saya seorang Buddhis, kamu orang Kristen." Adalah penting untuk mengingat bahwa kita sebagai manusia mencari kebahagiaan dan ingin mewujudkan kebenaran, dan kita masing-masing menemukan metode yang cocok dengan watak kita.

Bagaimanapun, memelihara batin terbuka pada pendekatan yang berbeda itu tidak berarti mencampur semuanya secara acak, membuat praktik kita seperti cap cay. Jangan mencampur teknik meditasi dari tradisi berbeda bersamaan dalam satu sesi meditasi. Dalam satu sesi, lebih baik melakukan satu teknik. Jika kita mencoba sedikit dari teknik ini dan sedikit dari teknik lainnya, dan tanpa pemahaman, kita campur, maka kita berakhir dengan kebingungan.

Bagaimanapun, ajaran yang ditekankan pada satu tradisi dapat memperkaya pemahaman dan praktik kita pada tradisi lain. Juga, dianjurkan untuk melakukan meditasi yang sama setiap hari. Jika kita melakukan meditasi pernafasan, besoknya melafal nama Buddha, dan hari ketiga meditasi analitis, kita tidak akan ada kemajuan di salah satu teknik pun karena tidak ada kesinambungan dalam praktik ini.

Apa jenis-jenis tradisi Buddhis?
Secara umum dikenal dua: Theravada dan Mahayana. Silsilah Theravada (Tradisi Sesepuh), yang mendasarkan pada sutra dalam bahasa Pali, menyebar dari India ke Sri Lanka, Thailand, Burma, dll. Tradisi ini menekankan pada meditasi pernafasan untuk membangun konsentrasi dan meditasi kewaspadaan tentang tubuh perasaan, batin, dan fenomena untuk membangun kebijaksanaan. Tradisi Mahayana (kendaraan besar), berdasarkan kitab dalam bahasa Sansekerta menyebar ke Cina, Tibet, Jepang, Korea, Vietnam, dll. Meskipun dalam Theravada, praktik cinta kasih dan

welas asih adalah faktor penting dan pokok, dalam Mahayana hal itu ditekankan pada hal yang lebih luas. Dalam Mahayana, terdapat beberapa cabang: Tanah Suci yang menekankan pada pelafalan Nama Buddha Amitabha untuk terlahir di Tanah SuciNya; Zen menekankan pada meditasi mengurangi kekacauan, batin terkendali; Vajrayana (kendaraan intan) melaksanakan meditasi pada deiti untuk mentransformasi badan dan batin kita yang terkontaminasi menjadi badan dan batin Buddha.

Dikutip dari http://www.mahavihara-mojopahit.or.id/mbmb.php#intisari5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar