Senin, 05 Januari 2009

KEMATIAN

KEMATIAN

Bagaimana cara terbaik menolong orang yang sekarat atau mati?

Ketika seseorang sedang sekarat, paling baik adalah lingkungan sekitarnya menjadi tenang. Tenangkan ia bahwa semua urusan dunianya akan diperhatikan setelah ia meninggal. Tidak ada lagi yang perlu diperhatikan tentang siapa yang membayar tagihan atau siapa yang mengurus anak-anak.

Lebih baik berkonsentrasi meninggalkan kehidupan ini dalam damai, tanpa ketakutan atau kekhawatiran. Jangan ganggu orang itu dengan menanyakan, "Siapa yang mewarisi perhiasanmu?" "Kamu punya uang yang disembunyikan?" "Bagaimana saya bisa bertahan tanpamu?" Motivasi kita adalah membantu orang yang sekarat, bukan memberinya tambahan masalah!

Sulit untuk meninggal dalam damai bila seluruh keluarga di ruangan menangis, meratap, dan menggenggam tangan orang itu, dan berkata, "Tolong jangan meninggal. Saya mencintaimu. Bagaimana kamu bisa meninggalkanku seorang diri?" Kita mungkin berpikir bahwa kita menyatakan cinta dan perhatian dengan tampilan emosional, tetapi sesungguhnya, hanya batin keakuan kita meratapi karena kita kehilangan orang yang kita perhatikan.

Jika kita sebenarnya memberi perhatian kepada orang sekarat lebih daripada kita sendiri, kita akan mencoba membuat lingkungan tenang dan nyaman. Kita coba merasakan permintaan dan kebutuhan orang lain, bukan kebutuhan sendiri.

Berbahaya untuk meninggal dalam kemarahan atau kemelekatan, keirihatian, atau kesombongan sebagai pikiran terakhir seseorang. Untuk alasan inilah kita mencoba membuat lingkungan sekitarnya tanpa suara dan tenang dan mendorong orang itu membangkitkan pikiran positif.

Bila orang itu Buddhis, kita berbicara tentang Buddha, Dharma, dan Sangha. Katakan padanya untuk mengingat guru spiritualnya dan Sang Buddha. Kita dapat memperlihatkan padanya gambar Buddha atau melafalkan doa dan mantra dalam ruangan. Sebelum kematian benar-benar terjadi, bila kita bisa menuntun orang itu membuat pengakuan dan menyucikan perbuatan buruk, ini sangat bermanfaat.

Doronglah ia untuk mendoakan kelahiran kembali yang baik, untuk bertemu dengan ajaran dan guru mulia dan membuat hidup bermanfaat bagi mahluk lain.

Di sisi lain, jika orang itu menganut kepercayaan lain, di saat kematian menjelang, tidaklah bijaksana memaksakan kepercayaan kita padanya. Ini dapat membingungkan. Yang terbaik adalah berbicara menurut kepercayaan orang itu dan mendorong bangkitnya batin positif.

Apakah melafalkan sutra bagi yang meninggal menolong? Apa lagi yang dapat dilakukan untuk mereka?

Setelah kematian, melafalkan sutra dan melakukan praktik Buddhis lainnya dapat membantu menyediakan kondisi yang menunjang bagi potensi positif orang itu sendiri untuk masak. Orang itu telah meninggalkan tubuh dan tidak mendengar sutra melalui telinganya. Namun demikian, dengan kekuatan dedikasi, penciptaan potensi positif dapat membantu.

Juga tiap minggu selama tujuh minggu setelah kematian, sangat membantu untuk melafalkan sutra. Ini karena bila orang itu belum menemukan tubuh kasar untuk terlahir kembali, ia masih berada di alam antara (alam bardo), alam diantara matinya tubuh kasar dan pengambilan tubuh kasar lainnya. Potensi positif yang kita buat dan dedikasikan bagi almarhum dapat membantunya terlahir di alam yang baik.

Namun, jangan berpikir, "Saya akan minta Bhikkhu dan Bhikkuni melaksanakan pelafalan sutra sedangkan saya pergi main mayong". Kita memiliki hubungan karma dengan almarhum, jadi doa kita dan perbuatan bajik kita yang kita dedikasikan pada orang itu adalah penting juga.

Adalah baik memberikan barang milik almarhum pada yang lain sebagai jalan melakukan kedermawanan dan menghimpun potensi positif. Mempersembahkan pada objek suci - Buddha, Dharma, Sangha - dan kepada orang yang membutuhkan - orang miskin dan sakit - juga bermanfaat. Potensi positif dari ini kemudian didedikasikan untuk manfaat semua mahluk dan khususnya orang itu.

Apakah perlu meletakkan makanan bagi almarhum? Bagaimana dengan membakar kertas uang dan seterusnya bagi mereka?

Setelah batin orang meninggalkan badan kasar, ia memasuki alam antara sebelum memasuki badan kasar lain. Tergantung pada kondisi, seseorang dapat berada di alam antara ini hanya beberapa saat, atau hidup paling lama empat puluh sembilan hari.

Dikatakan bahwa mahluk di alam antara bertahan dengan "memakan" bau-bauan, jadi meletakkan makanan mungkin membantu. Menurut perbuatannya terdahulu, orang ini terlahir di alam bahagia atau menderita. Bila sanak kita telah terlahir sebagai dewa, manusia, binatang atau kehidupan lain, makanan yang disajikan tidak menjangkaunya, dan lebih lagi, ada makanan tersedia di alam kehidupannya. Bila ia terlahir sebagai hantu kelaparan, ada mantra tertentu diucapkan pada makanan, yang dapat mengurangi kekaburan karma dari hantu lapar dalam menemukan makanan.

Membakar mobil atau pakaian kertas atau uang kertas tidak memberikan almarhum barang-barang ini di kelahirannya mendatang. Tidak ada perlunya membakar barang-barang ini. Tradisi melakukan ini adalah kebudayaan Cina kuno, bukan praktik yang diajarkan oleh Sang Buddha.

Jika kita benar-benar ingin membantu keluarga dan teman memiliki kekayaan di kehidupannya yang akan datang, kita seharusnya mendorong mereka melakukan persembahan dan menjadi dermawan saat mereka hidup. Sang Buddha berkata bahwa kedermawanan adalah sebab dari kekayaan, bukannya membakar kertas.

Kadang-kadang, kita menasehati keluarga kita, "Jangan memberikan terlalu banyak, maka keluarga kita akan kekurangan". Dengan mendorong agar mereka pelit saat hidup, kita menyebabkan mereka menanam bibit dalam arus batin mereka menjadi miskin di kehidupan berikutnya.

Juga kita menanam bibit yang sama di arus batin kita. Di sisi lain, bila kita dorong mereka untuk jadi dermawan dan menghindari mencuri dan berbuat curang pada yang lain dalam bisnis, maka kita membantu mereka memiliki kekayaan.

Jika kita ingin orang yang kita cintai memiliki kelahiran kembali yang baik, bantuan terbaik yang dapat kita berikan adalah mendorong mereka saat hidup untuk menghindari sepuluh perbuatan buruk dan melatih sepuluh kebajikan yang merupakan lawannya.

Kesepuluh perbuatan buruk adalah membunuh, mencuri, tindakan seksual tidak pantas, berbohong, ucapan yang memecah belah, ucapan yang menyakitkan, menggosip, iri atas milik orang lain, keinginan jahat, dan pandangan salah. Malahan, bila kita mendorong mereka untuk berbohong guna melindungi kita atau mencurangi orang lain, kita membantu mereka membuat sebab dari kelahiran di alam menderita.

Kita habiskan berjam-jam bergosip, dan mengkritik yang lain, kita hanya mengagalkan tujuan kita sendiri. Oleh karena kita tulus menginginkan mereka bahagia setelah kematian, kita seharusnya membantu mereka meninggalkan perbuatan destruktif dan mempraktikkan perbuatan konstruktif.

Kita dapat mendorong (bukan memaksa) mereka untuk mengambil janji pancasila atau bahkan menjadi bhikkhu atau bhikkuni. Hal itu benar-benar bermanfaat untuk kehidupannya mendatang.


Dikutip dari http://www.mahavihara-mojopahit.or.id/mbmb.php#intisari5



Tidak ada komentar:

Posting Komentar