Senin, 05 Januari 2009

Bagaimana umat awam dapat mempraktikkan Dharma?

Bagaimana umat awam dapat mempraktikkan Dharma?

Yang ingin menjadi umat Buddha biasa dapat mempraktikkan Dharma dengan baik dengan menaklukkan batinnya. Tidak ada gunanya memandang rendah potensi seseorang dan berpikir, "saya umat awam, mendengarkan ceramah, melafalkan sutra dan bermeditasi adalah pekerjaan para bhikkhu dan bhikkhuni.


Hal itu bukan pekerjaan saya. Saya cukup pergi ke vihara, bersujud, melakukan persembahan dan berdoa untuk kesejahteraan keluargaku." Kegiatan ini bagus, tetapi umat awam dapat menjalani kehidupan spritual yang lebih kaya, baik dalam hal pengetahuan Buddhisme maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


Sangat penting bagi umat awam menghadiri ceramah Dharma dan mengikuti serangkaian pengajaran. Dengan melakukan ini, umat awam akan memahami kebenaran sejati dan indahnya Dharma. Bila tidak mereka menjadi "Buddhis penancap dupa" dan bila seseorang menanyakan sesuatu tentang Buddhisme, mereka kesulitan menjawabnya. Hal itu adalah situasi yang menyedihkan.


Setelah mendengarkan ceramah, seseorang seharusnya mempraktikkan ajaran semaksimal mungkin. Melafalkan sutra atau bermeditasi setiap hari adalah luar biasa. Terkadang para siswa berkata, "Hari-hariku disibukkan oleh pekerjaan, keluarga dan kewajiban sosial.


Tidak ada waktu tersisa untuk mempraktikkan Dharma." Ini alasan yang lemah, diciptakan oleh batin yang malas. Selalu ada waktu untuk makan: kita tidak pernah melewatkan makanan ke tubuh dan selalu memiliki waktu untuk itu, begitu juga seharusnya kita memberi makan batin kita.


Lagipula, batin kita yang berlanjut pada kehidupan mendatang, membawa serta jejak karma perbuatan kita, bukan tubuh kita. Praktik Dharma tidak dilakukan untuk manfaat Sang Buddha, tapi untuk kita sendiri. Dharma menggambarkan bagaimana menciptakan sebab dari kebahagiaan, oleh karena kita semua menginginkan kebahagiaan, kita semua seharusnya mempraktikkan Dharma semaksimal mungkin.


Juga, sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi umat awam untuk mengambil janji Pancasila Buddhis selama hidup mereka atau mengambil Athasila (delapan sila) pada hari-hari khusus, seperti bulan baru dan bulan penuh (tanggal 1 dan 15 kalender lunar). Dengan cara ini, banyak potensi positif dibuat.


Tanggung jawab keberadaan dan penyebaran ajaran Sang Buddha terletak pada baik bhikkhu dan bhikkhuni maupun umat Buddhis. Bila kita melihat berharganya ajaran Sang Buddha dan menginginkannya terus ada dan tumbuh subur, maka kita memiliki tanggung jawab untuk mempelajarinya dan mempraktikkannya menurut kemampuan kita.


Ada banyak contoh umat biasa yang mencapai realisasi spiritual, memberi inspirasi pada kita untuk mempelajari hidup mereka dan berusaha menyamai bahkan melebihi mereka.


Dikutip dari http://www.mahavihara-mojopahit.or.id/mbmb.php#intisari5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar