Jumat, 24 September 2010

(314) Kisah Seorang Wanita Berwatak Iri Hati - Dhammapada Atthakatha

Nixie Aurora 22 September at 03:17
Dhammapada
BAB. XXII. NIRAYA VAGGA – Neraka

(314) Sebaiknya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat, karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri. Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, karena setelah melakukannya ia tidak akan menyesal.

Dhammapada Atthakatha :

Kisah Seorang Wanita Berwatak Iri Hati

Seorang wanita dengan perasaan iri hati yang kuat tinggal bersama suaminya di Savatti. Ia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan pelayan wanitanya. Pada suatu hari, ia mengikat wanita pelayan tersebut dengan tali yang kuat, memotong telinga dan hidungnya, dan mengurungnya di suatu kamar. Setelah melakukan hal tersebut, ia meminta suaminya untuk menemaninya pergi ke Vihara Jetavana. Tidak lama setelah mereka pergi beberapa kerabat pelayan tersebut datang di rumah mereka, menemukan pelayan tersebut terikat dan terkunci di suatu kamar. Mereka mendobrak kamar tersebut, melepaskannya dan membawanya ke vihara. Mereka tiba di vihara ketika Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma. Wanita pelayan tersebut menceritakan kepada Sang Buddha apa yang telah dilakukan oleh majikan wanitanya, bagaimana ia telah dipukuli dan bagaimana hidung dan telinganya dipotong. Ia berdiri di tengah kerumunan orang agar semua orang dapat melihat bagaimana ia telah diperlakukan dengan buruk.

Kemudian Sang Buddha berkata, "Janganlah berbuat jahat dengan berpikir bahwa orang-orang tidak akan mengetahuinya. Suatu perbuatan buruk, walau disembunyikan, akan membawa penyesalan, tetapi perbuatan baik akan membawa kebahagiaan dan bukan penderitaan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Akataṃ dukkataṃ seyyo pacchā tappati dukkataṃ
katañ ca sukataṃ seyyo yaṃ katvā nānutappati."

Sebaiknya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat,
karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri.
Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik,
karena setelah melakukannya ia tidak akan menyesal.

Pasangan suami istri itu mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma berakhir.

(316-317) Kisah Para Petapa Nigantha - Dhammapada Atthakatha

Nixie Aurora 24 September at 11:35
Dhammapada
BAB. XXII. NIRAYA VAGGA – Neraka

(316) Mereka yang merasa malu terhadap apa yang sebenarnya tidak memalukan, dan sebaliknya tidak merasa malu terhadap apa yang sebenarnya memalukan; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.

(317) Mereka yang merasa takut terhadap apa yang sebenarnya tidak menakutkan, dan sebaliknya tidak merasa takut terhadap apa yang sebenarnya menakutkan; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.

Dhammapada Atthakatha :

Kisah Para Petapa Nigantha

Suatu hari, beberapa petapa Nigantha pergi untuk mengumpulkan dana makanan dengan mangkuk mereka yang ditutupi dengan sepotong kain. Beberapa bhikkhu melihat mereka dan komentar, "Para petapa Nigantha ini, yang menutupi tubuh bagian depan lebih terhormat dibandingkan dengan para petapa Acelaka yang pergi tanpa mengenakan kain penutup apapun." Mendengar komentar ini, para petapa tersebut menjawab dengan tegas, "Ya, sesungguhnya kami benar-benar menutupi bagian depan kami (dengan menutupi mangkuk kami); tetapi kami menutupinya bukan karena malu pergi bertelanjang. Kami hanya menutupi mangkuk kami untuk mencegah debu pada makanan kami, karena biarpun debu sekalipun, tetap mengandung kehidupan di dalamnya. "

Ketika para bhikkhu tersebut menceritakan apa yang dikatakan para petapa Nigantha kepada Sang Buddha. Beliau menjawab, "Para bhikkhu, para petapa tersebut yang pergi dengan menutupi hanya bagian depan tubuh mereka tidak malu dengan apa yang seharusnya memalukan, tetapi malu dengan apa yang seharusnya tidak memalukan; karena pandangan salah mereka, maka mereka hanya akan menuju ke tujuan yang buruk."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Alajjitāye lajjanti lajjitāye na lajjare
micchādiṭṭhisamādānā sattā gacchanti duggatiṃ.

Abhaye bhayadassino bhaye cābhayadassino
micchādiṭṭhisamādānā sattā gacchanti duggatiṃ."

Mereka yang merasa malu terhadap apa yang sebenarnya tidak memalukan,
dan sebaliknya tidak merasa malu terhadap apa yang sebenarnya memalukan;
maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu
akan masuk ke alam sengsara.

Mereka yang merasa takut terhadap apa yang sebenarnya tidak menakutkan,
dan sebaliknya tidak merasa takut terhadap apa yang sebenarnya menakutkan;
maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu
akan masuk ke alam sengsara.

Pada akhir khotbah Dhamma ini, banyak petapa Nigantha menjadi ketakutan dan bergabung dalam Pasamuan Bhikkhu (Sangha).

Hadiri dan Ikutilah Dharma For Family Setiap Minggu

Kepada Yth :

Bapak/Ibu Se-Dharma

Namo Buddhaya.

Untuk menambah wawasan Dharma dan mengisi kebutuhan rohani, anda diajak

mengikuti Program DHARMA FOR FAMILY, pelayanan Dharma untuk keluarga

Buddhis yakni Dharma Talk untuk orang dewasa sekaligus anda juga dapat

membawa serta puta-putri anda karena tersedia juga Gelanggang Anak-anak

Buddhis pada waktu dan tempat yang sama :

Setiap Minggu Pukul 10.00 -12.00

Hall Lt.5 Kampus C Mikroskil, Jl. Thamrin, Medan

Minggu ini tanggal 26 September 2010

Pembicara : Bhikkhu Thitavamso

Topik : Keyakinan Awal Kebahagian


Informasi dapat menghubungi 061-76363673

Terima kasih atas perhatiannya.

Mettacittena,

Persamuhan Umat Buddha Viriyadhika